Politik

Isu HAM Tongkat Pemukul dan Ancaman di Tangan Superpower

KOMENTAR
post image
NEGARA-NEGARA superpower menjadikan isu HAM sebagai tongkat yang bisa dipukulkan kepada negara-negara kecil yang menolak dominasi mereka, baik di bidang ekonomi maupun politik.

Lebih dari itu, HAM menjadi perangkat kolonialisasi gaya baru. Negara-negara yang menolak keinginan kelompok superpower dengan mudah dicap sebagai pelanggar HAM. Sementara di sisi lain, negara superpower merasa punya hak melakukan pembantaian terhadap bangsa lain dengan alasan penegakan HAM.

Demikian kritik keras yang disampaikan peneliti dari Turki, Altin Tokay, ketika berbicara dalam diskusi mengenai universalisme dan spesifitas HAM di arena Forum HAM Dunia dai Marrakesh, Maroko (Sabtu, 29/11).

Selain Altin Tokay, sesi pertama diskusi itu juga dihadiri tiga pembicara lain, yakni Prof. Matsumoto Shoji dari Jepang, Francois Burgat dari Prancis dan Bensalem Himmich dari Maroko.

Secara umum semua pembicara memiliki pandangan serupa. Kritik terhadap konsepsoi universal HAM yang sering kali disalahgunakan negara-negara superpower juga telah disampaikan Raja Muhammad VI ketika membuka konferensi yang dihadiri tidak kurang dari 6.000 peserta dari berbagai negara itu (Kamis, 27/11).

Forum HAM Dunia ke-2 di Marrakesh ini adalah kelanjutan dari forum yang sama di Brazil tahun lalu.

“HAM telah menjadi tongkat dan ancaman di tangan negara-negara superpower,” ujar Tokay.

“Negara-negara superpower menggunakan konsep ini untuk menjajah bangsa-bangsa lain yang lebih lemah,” sambung dia.

Tokay mencontohkan relasi Turki dan Amerika yang mengalami pasang dan surut. Amerika Serikat, sebutnya, sering kali menggunakan isu lama mengenai kekerasan yang terjadi terhadap orang Armenia di Turki pada saat Perang Dunia Pertama untuk menekan Turki.

“Setiap tanggal 24 April kami selalu menunggu apakah presiden Amerika Serikat akan menyebut peristiwa itu sebagai pembunuhan massal atau tidak. Bila tidak, maka kami aman untuk satu tahun” ujarnya setengah bercanda.

Kalaupun Amerika menekan Turki untuk kasus Armenia, misalnya, itu bukan berarti Amerika mendukung dan melindung hak orang-orang Armenia. Amerika semata-mata ingin menaklukkan Turki dalam isu-isu tertentu yang sedang hangat diperdebatkan.

“Mereka selalu menggunakan metode yang berbeda untuk situasi yang berbeda. Intinya, mereka menggunakan apapun untuk mempertahankan dominasi di dunia,” demikian Tokay. [SMC]

Foto Lainnya

Dibantu Dinas Intelijen Maroko, Pekerja Kemanusiaan Jerman Berhasil Dibebaskan

Sebelumnya

Parlemen Dorong Uni Eropa Perkuat Kerja Sama Dengan Maroko

Berikutnya

Artikel