SMC. Washington Post mengungkap adanya koordinasi antara Iran, Aljazair, dan kelompok separatis Front Polisario yang berbasis di Aljazair.
Dalam laporan terbaru yang dirilis pekan ini, media ternama Amerika Serikat itu menyebut Iran menggunakan Hizbullah, kelompok militan yang berbasis di Lebanon dan dikenal sebagai proksi Teheran untuk melatih milisi Polisario guna memperluas pengaruhnya di Afrika Utara.
“Selama bertahun-tahun, Iran telah membina berbagai kelompok proksi untuk memajukan kepentingannya,” tulis Washington Post mengutip seorang pejabat regional dan seorang pejabat Eropa, dilansir Sabtu 19 April 2025.
Kedua pejabat itu juga mengungkapkan bahwa para pejuang militan Polisario telah menjalani pelatihan militer di Suriah, dan kini ditahan oleh pasukan keamanan baru Suriah.
Laporan tersebut juga mengkonfirmasi bahwa pelatihan tersebut difasilitasi oleh Hizbullah dengan restu dari Kedutaan Besar Iran di Aljazair.
Washington Post menyebut keterlibatan ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang Iran untuk merongrong kedaulatan Maroko atas Sahara Barat.
Maroko sendiri telah lama memperingatkan dunia internasional terkait keterlibatan Iran dalam memperkeruh situasi kawasan.
Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita pada tahun 2018 menyatakan bahwa Hizbullah Lebanon, yang didukung oleh Teheran, terlibat dalam hubungan militer dengan Polisario melalui kedutaan besar Iran di Aljazair.
Tak hanya itu, Maroko juga mengklaim memiliki bukti berupa laporan intelijen dan citra satelit yang menunjukkan koordinasi aktif antara Hizbullah, militan Polisario, dan aparat keamanan Aljazair.
Laporan juga mengungkap bahwa pada Desember 2011, sejumlah pemimpin Polisario melakukan perjalanan ke Beirut untuk berkonsultasi langsung dengan Hizbullah dalam merancang pelatihan militer khusus di Suriah.
Selain pelatihan militer, Iran juga disebut telah berupaya memasok senjata dan drone kepada milisi separatis. Ini diperkuat dengan laporan yang menyebutkan bahwa Polisario sempat melakukan simulasi serangan menggunakan pesawat nirawak terhadap posisi Maroko.
Meski Iran menyatakan keinginan untuk menormalisasi hubungan dengan Maroko, termasuk pernyataan mendiang Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Juni 2023, para analis menilai langkah rekonsiliasi sulit tercapai selama Teheran tetap mendukung aksi separatis dan menentang inisiatif otonomi Maroko atas Sahara Barat.