Politik

Soli Sahara: Hentikan Pelanggaran HAM di Tindouf

KOMENTAR
post image
DUNIA internasional diminta terlibat aktif melakukan berbagai upaya untuk menghentikan pelanggaran HAM yang terjadi di Kamp Tindouf seperti yang dilaporkan orang-orang Sahrawi yang berhasil melarikan diri dari kamp yang berada di Aljazair itu.

Menurut Kordinator Solidaritas Indonesia untuk Sahara (Soli Sahara), Teguh Santosa, pelanggaran HAM yang dilakukan kelompok Polisario di kamp itu sudah sering dibicarakan. Bahkan PBB pun pernah mengeluarkan resolusi yang antara lain meminta UNHCR hadir di Tindouf untuk mengamati dari dekat kehidupan pengungsi.

Namun hingga kini, ujar Teguh, belum ada perubahan berarti. Pelanggaran HAM terus terjadi.

Di sisi lain pihak Polisario tetap menggunakan orang-orang Sahrawi yang berada di Tindouf sebagai alat tawar menawar politik dan ekonomi.

"Saya pernah mengunjungi Sahara dan bertemu dengan pengungsi yang berhasil melarikan diri dari Tindouf. Mereka adalah bukti pelanggaran HAM di Tindouf. Saya juga pernah bertemu dengan salah seorang pendiri Polisario yang kini telah kembali ke pangkuan Maroko. Dia mengakui semua kisah pelanggaran HAM itu,” urai Teguh dalam keterangannya.

Pernyataan Teguh ini disampaikan menyusul aksi yang dilakukan kelompok orang Sahrawi di depan Kantor Dewan Nasional HAM Maroko di Rabat, hari Kamis lalu (20/11) mengecam pemerintah Aljazair dan kelompok Polisario di Kamp Tindouf yang terlibat dalam penghilangan pengungsi.

Kamp Tindouf di Aljazair digunakan sebagian orang Sahrawi sebagai tempat perlindungan ketika terjadi perang saudara di pertengahan 1970an menyusul berakhirnya kekuasaan Spanyol di selatan Maroko. Namun di saat bersamaan, Aljazair mendorong sekelompok orang Sahrawi yang hendak mengklaim kemerdekaan Sahara dari Maroko.

Sejak saat itu, orang-orang Sahrawi yang mengungsi di Tindouf menjadi semacam “tawanan” dan digunakan Polisario untuk mendapatkan bantuan asing serta alat untuk tawar menawar dengan Maroko dan dunia internasional.

"Aksi duduk ini untuk memperlihatkan loyalitas dan komitmen orang Sahrawi terhadap kesatuan teritori  Maroko,” ujar Miloud Khalil dari Persatuan Keluarga Orang Hilang seperti dikutip dari Maghreb Daily News.

Khalil dan kelompoknya sedang mendokumentasikan pengakuan korban dan keluarga korban penghilangan yang dilakukan Polisario. Tanggal 25 Oktober lalu mereka telah menggelar sebuah konferensi dimana orang-orang yang selamat dari kekerasan Polisario membagikan cerita mereka.

Mereka mengundang dunia internasional turun tangan untuk menyelidiki kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di Tindouf sejak tahun 1975. [SMC]

Foto Lainnya

Dibantu Dinas Intelijen Maroko, Pekerja Kemanusiaan Jerman Berhasil Dibebaskan

Sebelumnya

Parlemen Dorong Uni Eropa Perkuat Kerja Sama Dengan Maroko

Berikutnya

Artikel