SMC. Dalam langkah diplomatik yang strategis dan penuh solidaritas, Maroko kembali menegaskan komitmennya terhadap pembangunan dan integrasi regional Afrika dengan mendukung negara-negara Sahel melalui Prakarsa Atlantik.
Menurut keterangan yang diterima redaksi pada Rabu, 30 April 2025, komitmen tersebut ditegaskan dalam audiensi yang dipimpin Raja Maroko Mohammed VI di Rabat bersama para Menteri Luar Negeri dari Mali, Niger, dan Burkina Faso.
Pertemuan itu digambarkan sebagai bagian dari hubungan jangka panjang yang telah terjalin antara Maroko dan negara-negara Sahel, yang ditandai oleh persahabatan yang tulus, saling menghormati, solidaritas aktif, dan kerja sama yang membuahkan hasil.
Prakarsa Atlantik yang digagas oleh Raja Mohammed VI bertujuan membuka akses negara-negara yang terkurung daratan di wilayah Sahel ke Samudra Atlantik, memperluas konektivitas perdagangan global mereka, serta mendorong transformasi ekonomi secara mendalam.
Menteri Luar Negeri Mali, Abdoulaye Diop, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif ini.
“Kami menyampaikan apresiasi kami atas Prakarsa Kerajaan yang bertujuan untuk memfasilitasi akses bagi ketiga negara kami ke Samudra Atlantik guna mendiversifikasi akses kami ke laut dan memperkuat perdamaian dan keamanan,” ujarnya usai pertemuan.
Senada dengan itu, Menteri Luar Negeri Niger, Bakary Yaou Sangare, menyebut inisiatif Maroko sebagai anugerah bagi negara-negara yang terkurung daratan.
Ia menambahkan bahwa Maroko menunjukkan solidaritas tanpa mencampuri urusan dalam negeri negara-negara mitranya, sebuah pendekatan yang diapresiasi tinggi oleh aliansi Sahel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Burkina Faso, Karamoko Jean Marie Traore, mengonfirmasi bahwa negaranya telah mulai bekerja pada tingkat teknis dan logistik untuk melaksanakan proposal tersebut.
Ia menekankan bahwa prakarsa ini tidak terbatas pada akses fisik ke laut, tetapi menandai dimulainya transformasi ekonomi yang fundamental.
Prakarsa Atlantik merupakan bagian dari kebijakan Afrika Maroko yang dipelopori langsung oleh Raja Mohammed VI, yang mendorong negara-negara Afrika untuk memanfaatkan potensi internal mereka dalam rangka mencapai kehidupan yang bermartabat.
Salah satu proyek utama dalam kerangka kerja sama selatan-selatan ini adalah jaringan pipa gas Atlantik yang akan menghubungkan Nigeria dengan Maroko dan sekaligus mendukung 13 negara Afrika Barat dalam memenuhi kebutuhan energinya.
Dengan menawarkan infrastruktur penting seperti pelabuhan dan jaringan rel kereta api, Maroko menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dan manusia harus menjadi prioritas utama kerja sama Afrika.
Melalui Prakarsa Atlantik, Rabat menyatakan kesiapan penuhnya untuk menjadi jembatan bagi negara-negara Afrika lainnya dalam mengakses perdagangan global dan memperkuat stabilitas regional.