Politisi Senior Aljazair: Rakyat Maroko Beruntung Dipimpin Muhammad VI

KOMENTAR
post image
RAKYAT Maroko beruntung memiliki pemimpin yang bijaksana seperti Raja Muhammad VI yang mampu merangkul semua elemen negeri itu untuk bersama-sama memperkuat pondasi demokrasi dan mempercepat pembangunan ekonomi.

Pengakuan ini disampaikan Deputi Front Pembebasan Nasional Aljazair (FLN), Abdelwahid Bouabdellah, dalam interview dengan Tout Sur l’Algérie (TSA) baru-baru ini.

Bouabdellah mengingatkan masyarakat Aljazair bahwa Maroko ikut memperjuangkan kemerdekaan Aljazair dari penjajahan Prancis.

"Raja Muhammad VI adalah keturunan dari Raja Muhammad V. Kita seharusnya tidak melupakan bahwa Raja Muhammad V membantu Aljazair mendapatkan kemerdekaan. Saya tetap yakin hahwa kerajaan di Maroko adalah faktor utama stabilitas Maroko dan juga Aljazair," sebutnya.

Pengakuan Bouabdellah terbilang tidak biasa mengingat Maroko dan Aljazair yang bertetangga selalu berada dalam ketegangan dan konflik. Rivalitas kedua negara ini diperparah oleh dukungan yang diberikan Aljazair kepada kelompok Polisario yang mengklaim wilayah selatan Maroko. Aljazair membuka pintu dan menampung kelompok itu di Kamp Tindouf.

FLN adalah partai penguasa di Aljazair yang dipimpin oleh Abdelaziz Bouteflika yang berkuasa sejak 1999.

Bouabdellah juga memuji kinerja menteri-menteri Maroko dan mengatakan mereka seharusnya menjadi model bagi Aljazair. Bouabdellah mengaku sering merasa iri bila membandingkan Aljazair dan negerinya sendiri.

Terkait dengan isu Sahara, Bouabdellah juga mengakui bahwa hal itu meracuni hubungan Aljazair dan Maroko. Menurutnya, bukan hanya orang-orang Sahrawi yang berada di Tindouf yang menjadi korban, melainkan juga masyarakat Aljazair.

"Kita tidak menghormati konvensi dan ini tidak berarti apa-apa kecuali kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi kita," kata dia lagi.

Untuk menyelesaikan masalah ini, menurut Bouabdellah, perlu digelar pembicaraan tiga pihak, yakni Maroko, Aljazair dan orang-orang Sahrawi yang berada di Tindouf.

"Hanya dengan cara itu kita bisa menemukan solusi bersama," masih kata Bouabdellah.

Pada akhir wawancara, Bouabdellah mengatakan ada dua pilar yang dibutuhkan untuk memperbaiki hubungan Aljazair dan Maroko. Pertama, dialog di antara pemimpin kedua negeri, dan kedua, pembukaan perbatasan kedua negara.

"Pembukaan perbatasan (perlu dilakukan) demi memberi kesempatan kepada masyarakat kedua negara untuk saling berempati dan belajar kembali saling mengenali," demikian Bouabdellah. SMC

Foto Lainnya