Nama besar Indonesia telah terpateri di hati bangsa Maroko, bahkan sejak sebelum merdeka dari penjajahan Perancis. Kala itu, melalui Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, Indonesia telah membangkitkan kesadaran dan semangat juang rakyat Maroko guna membebaskan diri dari kolonialisme.
Setahun setelah KAA 1955, Perancis akhirnya menyerah dan mengembalikan Raja Muhammad V dari pengasingan di Paris, serta memerdekakan Maroko sebagai negara berdaulat di bawah kepemimpinan Raja. Maka itu, kunjungan Presiden Soekarno ke Maroko pada bulan Mei 1960 menorehkan kesan mendalam di hati rakyat Maroko, mengingat itu merupakan salah satu kunjungan Kepala Negara yang pertama kali sejak Maroko merdeka pada tahun 1956.
Bahkan, Secretary of State Kementerian Luar Negeri Maroko, Latifa Akharbach secara khusus menggarisbawahi, hubungan Indonesia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan negara sahabat Maroko, yang sangat aktif bekerjasama dalam berbagai aktivitas organisasi Internasional, patut menjadi perhatian khusus kedua negara dalam memberi sumbangsih bagi perdamaian dunia.
Hal ini diucapkan Akharbach, pada acara yang berlangsung di kantor Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama (MFAC) Kerajaan Maroko, di Rabat pada Kamis (25/3) lalu.
Dalam kesempatan itu, Duta Besar RI LB&BP Republik Indonesia untuk Kerajaan Maroko, Ambassador H. Tosari Widjaja menyerahkan copy Surat Penarikan Dubes RI , Sjachwien Adenan dan Credentials Letter/Surat Kepercayaan Presiden RI sebagai Duta Besar LB&BP RI untuk Kerajaan Maroko yang baru kepada Menteri Luar Negeri Maroko, Taib Fassi Fihri, yang akhirnya diwakili Akharbach.
Penyerahan copy Surat Kepercayaan (Credentials Letter) ini, membuat Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LB&BP) RI untuk Maroko H. Tosari Widjaja, secara resmi dapat memulai tugasnya di kerajaan Maroko.
“Dengan telah diserahkannya copy Surat Kepercayaan (Credentials Letter) tersebut, sesuai dengan ketentuan keprotokolan, Dubes RI H. Tosari Widjaja berarti secara resmi memulai tugasnya selaku Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LB&BP) RI untuk Kerajaan Maroko,” tutur Hadi Syarifuddin, Minister Counsellor/Pelaksana Fungsi Politik KBRI Rabat.
Dalam pidato resminya, Dubes Tosari Widjaja menyampaikan salam Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Menlu RI Marty M. Natalegawa kepada Pemerintah Maroko dan Menlu Taib Fassi Fihri, serta menyampaikan beberapa rencana kegiatan yang akan dilaksanakan KBRI Rabat bagi peningkatan persahabatan kedua negara sepanjang tahun 2010 dalam kaitan peringatan 50 Tahun hubungan diplomatik RI-Maroko.
Dubes RI ini, pun menyampaikan perhatian Indonesia yang sangat besar terhadap kerjasama yang terjalin antara kedua negara selama ini, khususnya dalam peningkatan kerjasama bilateral, penyelesaian isu-isu regional dan multilateral. Dalam kaitan tersebut, Dubes RI menyampaikan terima kasih atas dukungan yang selalu diberikan Maroko dalam pencapaian kepentingan nasional Indonesia di berbagai forum organisasi internasional, serta menegaskan komitmen Indonesia untuk ikut menyukseskan agenda-agenda perubahan iklim, pelestarian lingkungan, penegakan HAM, kejahatan transnasional, penyelundupan manusia, money-laundering, perdagangan obat bius, serta isu terorisme internasional yang masih menjadi ancaman bersama.
Berbagai kunjungan resmi tingkat tinggi antara kedua negara juga disinggung pada kesempatan tersebut, antara lain, kunjungan Menlu RI dalam rangka SKB I bulan Juni 2008 di Rabat, kunjungan PM Maroko Abbas el-Fassi dalam rangka the 5th World Islamic Economic Forum di Jakarta bulan Maret 2009, kunjungan Menteri Pertanian RI Anton Apriyantono ke Rabat bulan Agustus 2009, serta kunjungan mantan Wapres RI Jusuf Kalla ke Rabat bulan Oktober 2009 lalu.
Termasuk juga kunjungan resmi yang telah diagendakan dalam waktu dekat, yaitu kunjungan Menteri Pertanian RI Suswono dalam rangka partisipasi Indonesia pada Pameran Pertanian Salon International de l'Agriculture au Maroc (SIAM) di Meknes bulan April 2010, kunjungan Menteri Agama RI Suryadharma Ali dalam rangka revitalisasi perjanjian kerjasama bidang keagamaan 1994, serta kemungkinan kunjungan Menlu RI ke Maroko dalam rangka resepsi Commemoration of the Golden Jubillee hubungan diplomatik RI – Maroko bulan Juni 2010.
Sekedar informasi, Dubes RI untuk Maroko, yang baru memulai tugasnya, H. Tosari Widjaja, lahir di Probolinggo, pada 20 Agustus, 69 tahun silam. Mempersunting Machsusoh Ujiati, tahun 1970, lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Malang tahun 1966 dan peraih gelar Master of Arts dari University of The Philippines (UP), Manila tahun 1971 ini, telah dikarunia enam orang anak.
Sebelum bertugas di Maroko, Tosari Widjaja pernah menjadi anggota MPR-RI (1978-1983), wakil Ketua Badan Pekerja MPR-RI (1997-1999), dan anggota DPR-RI (1997-2009). Selama masa jabatan tersebut, berbagai jabatan pernah dirangkap beliau, antara lain Wakil Ketua DPR-RI (1999 – 2004), Wakil Ketua Komite Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR-RI (2004-2009) dan anggota Komisi I DPR RI (2004-2009), dan Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tahun 1994-1998, Ketua Dewan Pimpinan Pusat PPP tahun 1998–2003, dan Ketua Dewan Penasehat PPP tahun 2003–2008.
Selama berkarya di dunia perpolitikan Indonesia, Dubes Tosari Widjaja juga aktif dalam berbagai forum dan pertemuan internasional, baik pada tingkatan regional maupun multilateral, seperti PBB, GNB, OKI, dsb.
Di tengah kesibukannya yang padat, Dubes Tosari Widjaja juga aktif menjadi pengajar tamu pada berbagai institusi pendidikan tinggi baik di Indonesia maupun di manca negara, dan merupakan salah satu tokoh nasional di bidang ketenagakerjaan, pertanian, kepemudaan, serta menulis buku "Karir Politik Anak desa – Sebuah Otobiografi”.
Pada tanggal 15 Agustus 2009 lalu, dalam rangka perayaan HUT ke-64 Kemerdekaan RI, beliau menerima anugerah dari Negara yang disematkan oleh Presiden Ri Susilo Bambang Yudhoyono berupa “Bintang Mahaputra Adipradana” sebagai bentuk penghargaan atas pengabdiannya kepada bangsa dan negara Indonesia.