Sahara

Partai Politik di Afrika Utara Bangkitkan Kembali Semangat Pan Maghribi

KOMENTAR
post image

TIDAK seperti sikap pemerintahan juncta militer di Aljazair, partai politik di Aljazair, Gerakan untuk Kebudayaan dan Demokrasi (RCD), terlihat ingin menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Maroko.

Lebih dari itu, RCD tanpa sungkan menyampaikan harapan mereka agar ketegangan di kawasan Afrika Utara bisa diakhiri, dan Pan-Maghribi bisa dibangun. Untuk itu, RCD juga berharap partai-partai politik dari Maroko, Tunisia, Mesir dan Libya juga memiliki aspirasi yang sama.

Dalam pernyataan bersama dengan kelompok-kelompok kiri dari Tunisia dan Libya yang dipublikasikan pekan lalu (Selasa, 8/1), RCD menyampaikan keinginan untuk membangun kembali mimpi United Maghreb.

Pernyataan tersebut menekankan variabel kesamaan aspek sosial dan ekonomi, serta sejarah dan kebudayaan yang dimiliki masyarakat negara-negara di Afrika Utara. Karenanya, diperlukan kerja bersama untuk menghadapi tantangan di depan mata.

Dalam pernyataan itu, RCD menyebut partai Sosialisme dan Progres (PPS) Maroko sebagai teman dari Maroko.

“Kami kira kehadiran kalian dalam pertemuan nanti merupakan peluang untuk mempercepat kerjasama dan membangkitkan dinamika baru di kawasan,” sambungnya.

Gagasan mempersatuan kawasan dalam satu blok politik pertama kali dibicarakan di Tangier tahun 1958. Ketika itu Maroko dan Tunisia sudah mendapatkan kemerdekaan mereka. Sementara Aljazair masih berjuang melepaskan diri dari kolonialisasi Prancis. Empat tahun kemudian, Prancis pun meninggalkan Aljazair.

Tetapi hubungan Rabat dan Aljir memburuk pada pertengahan 1970an, menyusul keputusan Spanyol menarik diri dari Sahara. Pertempuran terjadi antara kedua negara diakhiri dengan gencatan senjata pada 1991.

Pada tahun 1994, perbatasan Maroko dengan Aljazair ditutup menyusul serangan kelompok garis keras Aljazair ke Maroko. [SMC]

Foto Lainnya

Perkuat Kontak dengan Maroko, Uruguay Bekukan Hubungan untuk SADR

Sebelumnya

Bintang Bono

Berikutnya

Artikel