MALAM ini (Jumat, 15/6) bertepatan dengan 1 Syawal 1439 H, timnas Kerajaan Maroko akan berhadapan dengan timnas Republik Islam Iran di arena Piala Duia 2018 di Rusia, di Stadion St. Petersburg. 

Di tengah ketegangan hubungan kedua negara, sangat wajar bila laga Maroko lawan Iran dipandang memiliki nilai diplomatik yang sangat kuat. Maroko baru-baru ini menuding Iran ikut mendukung kelompok Polisario yang sejak lama berusaha mengganggu integritas teritori Maroko. Polisario adalah kelompok yang menguasai kamp pengungsi Tindouf di Aljazair. Kelompok ini mengklaim sebagian wilayah Maroko sebagai sebuah negara merdeka dan berdaulat. 

Sementara beberapa tahun lalu, Iran mengecam Maroko yang memberikan dukungan pada Bahrain, negara berukuran kecil di Teluk yang sedang terlibat sengketa wilayah dengan Iran. 

Terlepas dari ketegangan di luar lapangan sepakbola, bagi Maroko pertandingan malam ini juga memiliki arti penting. Maroko tengah berusaha memperlihatkan pada dunia internasional kemampuan mereka mengelola dan membangun industri sepak bola. 

Tiga hari lalu (Kamis, 13/6), mimpi Maroko menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 kandas. Maroko kalah dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2026 yang diselenggarkan di tengah Kongres FIFA di Moskow. Negeri ini bertarung dengan tiga negara Amerika Utara yang tergabung dalam United 2026, Amerika Serikat Kanada dan Meksiko. 

Namun kekalahan itu, walau menyakitkan, tetapi disambut dengan sikap positif. Pemimpin-pemimpin Maroko mengucapkan terimakasih atas perjuangan tim Maroko FIFA. 

Selain itu, walau sudah kalah dalam empat kali pemilihan calon tuan rumah Piala Dunia, Maroko masih tidak jera juga. 

Menteri Pemuda dan Olahraga Maroko, Rachid Talbi Alami, telah mengumumkan bahwa mereka akan kembali mengikuti proses penawaran tuan rumah Piala Dunia 2030. Maroko, katanya, akan lebih siap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030.

Adapun Raja Muhammad VI mengatakan Maroko akan menjadi penantang yang lebih serius dalam perebutan tuan rumah Piala Dunia 20130. [SMC]